Minggu, 30 September 2012

Kasus Pelecehan Seksual di Angkot Berulang

KaKasus pelecehan seksual di dalam angkutan umum kembali terjadi. Dalam kejadian ini, pelaku yang tak lain sopir angkot dengan sengaja mempertontonkan alat kelaminnya kepada korban, seorang penumpang perempuan.
"Pelakunya biasa dipanggil Bewok, sopir Mikrolet 42 (Mampang-Ragunan). Dia perlihatkan anunya dan membuat gerakan gituan," kata Ibah (35), kerabat korban, kepada wartawan di Mapolres Metro Jakarta Selatan, Minggu (30/9/2012).
Kejadian tersebut berawal saat korban, ASR (24), menumpang angkot yang dikemudikan Bewok di depan rumahnya di Jalan Tegal Parang Raya, Mampang, sekitar pukul 10.30. Saat menaiki kendaraan, angkot tersebut dalam kondisi penuh penumpang. Namun, sebentar kemudian semua penumpang lain turun dan tinggallah ASR seorang diri dalam perjalanannya menuju PLN Duren Tiga.
Pelaku kemudian meminta Ane pindah ke posisi belakang kursi sopir. Ane mengikuti permintaan tersebut lantaran mengira usulan tersebut bertujuan melindungi keselamatannya. Yang terjadi kemudian justru membuat korban shock. Pelaku membuka resleting celananya dan mengeluarkan alat kelaminnya sambil membuat gerakan-gerakan tak senonoh.
"Dia pikir buat keselamatan dia. Enggak tahunya dikasih lihat anunya sambil digituin. Itu pas sudah di belokan Duren Tiga," kata Ibah.
Lantaran shock, korban menangis dan minta diturunkan. Selanjutnya, dia pergi ke rumah Ibah yang berlokasi di dekat tempat kejadian. Ibah kemudian mengantarkan korban pulang ke rumahnya dan menceritakan kejadian itu kepada orangtua ASR.
Karena korban masih mengingat ciri-ciri fisik pelaku, keluarga pun bersepakat menunggu kedatangan angkot tersebut. Benar saja, siang tadi Bewok kembali melintas dengan angkot yang sama. Keluarga korban pun langsung menahan dan menggiring pelaku ke Mapolrestro Jaksel. Saat ini korban dan pelaku sedang diperiksa di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Mapolres Metro Jaksel.
Berita terkait dapat diikuti di topik : PEMERKOSAAN DI ANGKOTsus perkosaan warga keturunan saat kerusuhan, pertengahan Mei lalu, di Jakarta dan Solo, bukan tindak kriminal biasa. Perkosaan ini sangat terencana, sistematis dan sarat dengan muatan politik. Setidaknya inilah kesimpulan sementara beberapa organisasi perempuan, diantaranya: Masyarakat Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kalyana Mitra, Mitra Perempuan, Koalisi Perempuan, dan Dharma Wanita.
168 kasus perkosaan terhadap warga keturunan Tionghoa terjadi saat kerusuhan Mei lalu - dua puluh diantara korban itu tewas karena terperangkap api dan dibunuh - dilakukan oleh kelompok (yang tidak menginginkan perubahan) tertentu yang terlatih. Mereka sengaja melakukan itu agar muncul tuduhan bahwa aksi massa yang menuntut reformasi telah cacat oleh kasus perkosaan. Bahkan tidak menutup kemungkinan masih satu paket dengan peristiwa penculikan dan penembakan di Universitas Trisakti.
Tim relawan membukt
Kasus perkosaan warga keturunan saat kerusuhan, pertengahan Mei lalu, di Jakarta dan Solo, bukan tindak kriminal biasa. Perkosaan ini sangat terencana, sistematis dan sarat dengan muatan politik. Setidaknya inilah kesimpulan sementara beberapa organisasi perempuan, diantaranya: Masyarakat Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Kalyana Mitra, Mitra Perempuan, Koalisi Perempuan, dan Dharma Wanita.
168 kasus perkosaan terhadap warga keturunan Tionghoa terjadi saat kerusuhan Mei lalu - dua puluh diantara korban itu tewas karena terperangkap api dan dibunuh - dilakukan oleh kelompok (yang tidak menginginkan perubahan) tertentu yang terlatih. Mereka sengaja melakukan itu agar muncul tuduhan bahwa aksi massa yang menuntut reformasi telah cacat oleh kasus perkosaan. Bahkan tidak menutup kemungkinan masih satu paket dengan peristiwa penculikan dan penembakan di Universitas Trisakti.
Tim relawan membuktikan, perkosaan itu tidak dilakukan oleh orang awam karena kebencian terhadap warga keturunan. Apalagi karena kesenjangan sosial. Perkosaan itu semata-mata dilakukan untuk merusak citra gerakan yang menginginkan perubahan.
Teror mental seperti ini sangat efektif untuk meredam gerakan-gerakan yang ingin melakukan perubahan, seperti yang terjadi di Timor-Timur, Aceh dan Irian. juga pernah terjadi di Timor-Timur, Aceh dan Irian.
Siapa yang melakukan perbuatan biadab ini ? adalah jawaban yang harus diungkapkan. Karena masalah perkosaan warga keturunan ini tidak akan selesai begitu saja jika pemerintah tidak berhasil menyelesaikannya dan mengupayakannya agar menjadi kejadian yang terakhir dan tidak akan terulang kembali. Ia akan menjadi kenangan buruk dan menjadi dendam kesumat yang berkepanjangan jika para pemerkosa ini dibiarkan bergentayangan.
Sesungguhnya derita yang teramat perih yang ditanggung oleh korban perkosaan massal adalah derita bangsa. Dan betapa kekerasan yang ditimbulkan oleh sara selalu membawa
ikan, perkosaan itu tidak dilakukan oleh orang awam karena kebencian terhadap warga keturunan. Apalagi karena kesenjangan sosial. Perkosaan itu semata-mata dilakukan untuk merusak citra gerakan yang menginginkan perubahan.
Teror mental seperti ini sangat efektif untuk meredam gerakan-gerakan yang ingin melakukan perubahan, seperti yang terjadi di Timor-Timur, Aceh dan Irian. juga pernah terjadi di Timor-Timur, Aceh dan Irian.
Siapa yang melakukan perbuatan biadab ini ? adalah jawaban yang harus diungkapkan. Karena masalah perkosaan warga keturunan ini tidak akan selesai begitu saja jika pemerintah tidak berhasil menyelesaikannya dan mengupayakannya agar menjadi kejadian yang terakhir dan tidak akan terulang kembali. Ia akan menjadi kenangan buruk dan menjadi dendam kesumat yang berkepanjangan jika para pemerkosa ini dibiarkan bergentayangan.
Sesungguhnya derita yang teramat perih yang ditanggung oleh korban perkosaan massal adalah derita bangsa. Dan betapa kekerasan yang ditimbulkan oleh sara selalu membawa dampak yang menghancurkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar